Peragakan Penyaliban Yesus Kritus, Warga Filipin Dipaku di Tiang Salib

Posted on

Peragakan Penyaliban Yesus Kritus – Warga Filipin rela kaki dan tangannya dipaku tiang salib untuk memperagakan penderitaan Yesus Kristus. Tradusu berdarah yang sebenarnya dilarang oleh Gereja Katolik ini berlangsung dalam perayaan Jumat Agung. Momen mengerikan itu bahkan disiarkan secara online oleh para warga, warga lokal dan turis asing untuk datang. slot kamboja

Sekitar 12 penduduk desa mendaftar untuk memperagakan penyaliban Yesus Kristus, tetapi hanya 8 pria yang berpartisipasi, termasuk Enaje (62)-pelukis yang dipaku di kayu salib untuk ke-34 kalinya sepanjang hidupnya di San Pedro Cutud. Dalam konferensi pres tak lama setelah penyaliban singakatnya, Enaje mengatakan dia berdoa untuk pemberantasan virus Covid-19 dan berakhirnya invasi Rusia ke Ukraina, yang telah menyebabkan harga gas dan pangan melonjak diseluruh dunia.

Baca Juga : Gadis 8 Tahun di India Diperkosa dan di Bunuh menjadi 10 Bagian!

Hanya dua negara yang terlibat dalam perang itu, Rusia dan Ukraina, tetapi kita semua terkena dampaknya. Enaje yang tampak sehat dan menunjukkan kedua tangannya yang diperban kepada wartawan. Ayag empat anak itu mengatakan dia ingin pensiun dari tradisi berdarah ini karena usianya , tetapi akan memutuskan dengan pasti sebelum Prapaskah tahun depan. Meski rasa sakit akibat dipaku, dia mengatakan dia selalu merasa gelisah sebelum penyaliban.

Ketika saya berbaring di kayu salib, tubuh saya mulai terasa dingin,” kata Enaje. “Ketika tangan saya terikat, saya hanya memejamkan mata dan berkata pada diri sendiri: ‘Saya bisa melakukan ini. Saya bisa melakukan ini’,” paparnya. Bertahan hidup hampir tanpa cedera ketika jatuh dari gedung tiga lantai pada tahun 1985 mendorong Enaje untuk menjalani tradisi penyaliban itu sebagai ucapan syukur atas apa yang dianggapnya sebagai keajaiban. Dia memperpanjang keikutsertaan ritual berdarah setelah orang yang dicintai sembuh dari penyakit serius, satu demi satu, mengubahnya menjadi selebriti desa sebagai “Kristus” dalam pemeragaan Jalan Salib Prapaskah.

Menjelang penyaliban 8 orang diatas bukit berdebu, Enjane dan para jemaat lainnya mengenakan mahkota berduri dari ranting, membawa salib kayu yang berat dipunggung mereka selama lebih dari satu kilometer (0,6 mil) dalam panas terik. Para aktor desa yang berpakaian seperti perwira Romawi kemudian menancapkan paku baja tahan karat sepanjang 10 cm (4inci) menembus telapak tangan dan kaki Enaje, kemudian meletakkannya di tiang salib dibawah matahari selama 10 menit.

Para “pendosa” lainnya berjalan tanpa alas kaki melalui jalan-jalan desa dan memukuli punggung mereka yang telanjang dengan batang bambu tajam dan potongan kayu. Beberapa peserta di masa lalu mengiris punggung para “pendosa” dengan menggunakan pecahan kaca untuk memastikan bahwa ritual tersebut cukup berdarah. Tontonan mengerikan ini mencerminkan ciri khas Katolik Filipina, yang menggabungkan tradisi gereja dengan mitos rakyat. Banyak peniten yang kebanyakan miskin menjalani ritual untuk menebus dosa, berdoa untuk orang sakit atau untuk kehidupan yang lebih baik, dan bersyukur atas keajaiban.