AS vs Rusia-China Berebut Pengaruh di ASEAN, RI Harus Bagaimana? – Rusia-China dan Amerika Serikat tampak berebut pengaruh di ASEAN untuk memperluas pengaruhnya. Untuk mengatasi kondisi ini sekaligus menjaga sentralitas blok, Indonesia harus bagaimana?

Negeri Beruang Merah bahkan mendorong ASEAN untuk mengurangi ketergantungan ke Amerika Serikat dengan cara menyingkirkan dolar dalam perdagangan internasional.

Beberapa mata uang yang banyak digunakan slot bonus 100 new member sebagai pengganti dolar AS adalah rubel Rusia, yuan China, dan dirham Uni Emirat Arab.

China sementara itu, terus berusaha mendekati ASEAN terlihat dari begitu mudah mereka menanam modal di sejumlah negara Asia Tenggara. Pemerintah Beijing juga memiliki pangkalan militer di Kamboja.

AS, menurut pengamat, tak begitu menaruh perhatian ke ASEAN. Namun, kepentingan mereka justru di wilayah maritim untuk mengimbangi pengaruh China.

Negeri Paman Sam memiliki pangkalan militer di Singapura dan Filipina. Di Filipina, mereka bahkan berencana menambah empat pangkalan militer baru.

Menyoal berebut pengaruh ASEAN, guru besar hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai posisi blok ini bagi ketiga negara tersebut sangat penting. Ia merinci sejumlah faktor yang membuat blok ini punya daya tawar.

“ASEAN itu pasar yang menjanjikan karena penduduknya lebih dari 660 juta dan kelas menengahnya berkembang terus. Ekonomi [juga] nomor 7 dunia,”.

Lebih lanjut, Hikmahanto menerangkan dalam persaingan negara besar, siapa saja yang bisa menguasai ASEAN akan unggul dibanding negara lain.

“Sehingga ASEAN menjadi medan persaingan, yang kalau dalam bahasa militer, medan perangnya,” ungkap dia.

Pengamat dari Pusat Studi Strategis dan Internasional Waffaa Kharisma punya penilaian yang berbeda. Ia menduga ASEAN menjadi rebutan negara adikuasa karena banyak inisiatif regional yang mendorong kerja sama antar negara.

“Untuk beberapa aspek kerjasama tertentu, sulit mengabaikan ASEAN secara kolektif. Makanya negara-negara besar memperhatikan ASEAN dan datang, bahkan berlomba jadi ASEAN dialogue partner,” ujar Waffaa.

AS, China, dan Rusia, lanjut dia, menyadari daya tawar ASEAN. Ketiganya memasukkan ASEAN ke dalam kerangka kerja sama yang patut diperhitungkan.

Daya tarik bagi ASEAN itu ditentukan dari konsistensi, prediktabilitas performa secara ekonomi, dan stabilitas kawasan.

Di tengah perebutan pengaruh itu, apa yang harus dilakukan Indonesia?
Waffaa mengatakan Indonesia tetap harus memelihara sistem bebas-aktif.

“Secara umum sikapnya [Indonesia] perlu independen, tidak didikte oleh negara manapun, tetapi juga tidak pasif menghadapi hal-hal yang berpotensi mengerosikan kepentingan nasional kita,”

Menurut dia, Indonesia juga perlu mengadvokasikan pandangan yang serupa ke negara anggota ASEAN lain.

Beberapa negara anggota cenderung merapat ke negara besar. Singapura dan Filipina misalnya memiliki hubungan yang dekat dengan AS, sementara Kamboja dekat dengan China.

“Kita perlu yakinkan bahwa dalam jangka panjang, kepentingan mereka akan terlayani dengan lebih baik jika mereka mempertahankan tingkat otonomi dan keagenan sebagai bagian dari kolektif ASEAN,” imbuh Waffaa.

Salah satu caranya, Indonesia harus mampu membangun pengaruh pelan-pelan di negara lain yang tak begitu banyak punya pilihan. Tak punya pilihan yang Waffa maksud seperti negara tertentu yang punya hubungan dekat dengan negara besar sejak lama, atau secara wilayah lebih dekat ke negara besar.

“Ini modalnya besar. [Namun] untuk saat ini, [Indonesia] hanya menjual visi komunitas ASEAN, dengan harapan mereka menyadari bahwa bersama partner [ASEAN], mereka sama bermanfaatnya atau lebih nyaman daripada bersandar pada satu negara adidaya,” ujar Waffaa.

Beberapa negara anggota cenderung merapat ke negara besar. Singapura dan Filipina misalnya memiliki hubungan yang dekat dengan AS, sementara Kamboja dekat dengan China.

“Kita perlu yakinkan bahwa dalam jangka panjang, kepentingan mereka akan terlayani dengan lebih baik jika mereka mempertahankan tingkat otonomi dan keagenan sebagai bagian dari kolektif ASEAN,” imbuh Waffaa.

Salah satu caranya, Indonesia harus mampu membangun pengaruh pelan-pelan di negara lain yang tak begitu banyak punya pilihan. Tak punya pilihan yang Waffa maksud seperti negara tertentu yang punya hubungan dekat dengan negara besar sejak lama, atau secara wilayah lebih dekat ke negara besar.

“Ini modalnya besar. [Namun] untuk saat ini, [Indonesia] hanya menjual visi komunitas ASEAN, dengan harapan mereka menyadari bahwa bersama partner [ASEAN], mereka sama bermanfaatnya atau lebih nyaman daripada bersandar pada satu negara adidaya,” ujar Waffaa.